Tebuireng.org - Wawancara dengan Prof. Dr. H. Haris Supratno
Latar belakang keluarga dan pendidikan?
Saya dilahirkan di Salatiga Jawa Tengah.Pendidikan saya dulu kalau pagi belajar disekolah, kalau sore di MI dan malam belajar di masjid. Setelah tamat SD saya mondokdi secang Magelang, tinggal di pondok tapi sekolah di PGA Magelang. Saya tamat SD tahun 1969 di PGA tamat tahun 1974 dan tahun 1975 saya masuk di Fakultas Syari'ah IAIN Jogjakarta ( kini UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, red.). Pada masa itu di departemen agama tidak ada peluang untuk tamatan PGA atau tamatan IAIN untuk bekerja sebagai pegawai negeri, karena sekitar tahun 1970-1980-an pegawai negeri sudah diisi oleh para tamatan pesantren yang dianggap bisa ngaji hanya untuk menjadi guru sehingga waktu itu saya termasuk orang yang tidak mempunyai tempat.
Karier Akademik Bapak selanjutnya?
Pada tahun 1977 saya masuk di Universitas Negeri Jember Fakultas Sastra, mengulang S1 dan tamat tahun 1981. Sebelum wisuda, saya sudah diminta ke Surabaya untuk menjadi dosen di IKIP Negeri Surabaya sampai tahun 1986. Tahun 1986 saya menjabat sebagai sekretasi jurusan sampai tahun 1989. Tahun 1990 saya masuk S3 Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Airlangga dan selesai tahun 1995-1996. Sejak 1996 setelah saya lulus saya menjabat sebagai pembantu dekan I Fakultas Bahasa dan Seni sampai tahun 1998, tahun 1998 saya menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra dan Seni, kemudian 1999 saya menjabat sebagai Pembantu Rektor I, tahun 2000 saya menjabat PLH Rektor UNESA sampai tahun 2002, tahun 1998-1999 itu proses dari IKIP menjadi UNESA. Setelah tahun 2002 sampai tahun 2006 saya menjabat Rektor Periode I, setalah itu periode 2 tahun 2006 sampai 2010.
Peran Bapak sebagai Rektor?
Tentunya banyak pengalaman, salah satunya menjadi anggota tim perumus Undang-undang (UU) guru dan dosen tahun 2004-2005 dan ikut membidangi sertifikasi guru dan dosen.
Bisa dijelaskan isi UU tersebut?
Inti isi UU ingin mengangkat martabat guru dan dosen, itulah tujuan kami. Secara khusus tujuanya;pertamauntuk meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen serta kualitasnya. Jika kesejahteraan guru dan dosen meningkat berserta kualitasnya maka statusnya pun akan meningkat. Asumsi dasarnya, mengapa kesejahteraan dan kualitas guru dan dosen perlu ditingkatkan? Karena untuk membentuk sumber daya yang berkualitasitu harus dimulai dari guru yang berkualitas. Tetapi tentunya untuk meningktkan kualitas pendidikan tidak hanya gurunya yang digarap tapi semua komponen harus digarap.
Tenaga gurunya juga digarap, kondisi ekonomi masyarkat juga perlu ditingkatkan. Karena tidak akan ada signifikansinya kalau gurunya berkualitas tapi satu sisi kondisi masyarakat miskin, mereka tidak akan mampu sekolah. Tetapi dengan anggaran yang sekarang relatif lebih banyak maka anak-anak miskin bisa dibiayai oleh negara. Kualitas pendidikan tidak hanya dipengaruhi satu faktor tapi dipengaruhi banyak faktor. SDM berkualitas, ekonomi masyarakat sejahtera maka otomatis akan meningkatkan kualitas pendidikan anak didik kita.
Menurut Bapak, bagaimana cara meningkatkan kualitas guru?
Tentunya dimulai dengan sertifikasi guru tadi. Jadi guru yang lulus sertifikasi akan diberikan peningkatan kesejahteraan. Dan sekarang ini sudah mulai ada perbaikan dengan sertifikasi guru ini maka para gurualhamdulillah sudah mulai ada peningkatan. Tetapi kalau kualitasnya kan tidak bisa "bim salabim", harus melalui proses panjang. Karena peningkatan kualitas tidak bisa digarap satu sektor, tapi juga banyak sektor. Gurunya boleh kualitas, tetapi kalau tingkat kesehteraan masyarakat belum meningkat ya akan mempengaruhi kualitas.
Banyak penelitian setelah guru mendapat tunjangan kesejahteraan tetapi belum relevan dengan mutu, artinya setelah dapat kesejahteraan tidak otomatis kualitas meningkat. Tapi minimal harus diarahkan kesana, karena tujuan sertifikasi itu dua, di samping kesejahteraan juga mutu kualitas guru. Keduanya harus dicapai, sementara yang sudah tercapai kesejahteraannya. Nah, kualitasnya ini masih proses.
Yang penting kalau kita melihat kondisi saat ini (kemerosotan moralitas. red), pendidikan itu tidak diorientasikan kualitas kognitif saja, tujuan pendidikan kita tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga membentuk moralitas dan akhlak yang baik. Dan sekarang ini sudah mulai ada paradigma baru dalam pendidikan kita. Bahkan tujuan pendidikan nasional juga sudah berubah, yang pertama tidak mencerdaskan kehidupan bangsa tapi yang pertama justru penanaman keimanan, ketakwaan dan membentuk budi pekerti baru setelah itu mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian menjadi anak kreatif, inovatif, dan bermanfaat bagi yang lain. Ini harus dimulai dari pendidikan sedini mungkin untuk menjadi dasar, setelah dasar keimanan dan ketakwaan kuat barulah diberi pengetahuan apa saja.
Komentar Bapak tentang pendidikan yang ada di Indonesia?
Sementara ini pendidikan di Indonesia kan ada tiga model. Model pertama hanya menekankan pada pengetahuan umum, mereka lebih mempentingkan transformasi ilmu sehingga membentuk manusia yang pandai. Tetapi satu sisi keimanan, ketakwaan dan akhlaknya tidak atau kurang digarap. Model kedua, pendidikan yang menekankan pendidikan agama saja, semua kurikulum bermuatan agama dan tekanannya pada orientasi akhirat dan "duniawi"-nyaagak dilupakan. Ini yang terjadi di sekolah-sekolah agama, pesantrendan madrasah. Model ketiga sudah mulai memadukan kedua model tadi, kurikulumnya sudah mulai diintegrasikan. Ini dalam rangka untuk membentuk insan kamil (manusaiasempurna, red.), mereka keimanan dan ketakwaannya kuat, akhlaknya baik, dan pandai menguasai ilmu pengetahuan. Sehingga mereka menjadi bermartabat dan berbudaya, pintar dan iman juga kuat, akhlaknya juga baik. Dan ternyata tren kehidupan masyarakat kota sudah melirik model yang ketiga ini. Jadi anak-anak dari tingkat ekonomi menengah keatas itu sudah memilih tren yang ketiga ini. Disamping pendidikan umum mereka juga mementingkan pendidikan agama.
Dari ketiga model tersebut, mana yang paling ideal?
Seharusnya pendidikan kita menggunakan model pendidikanyang terakhir itu (model ketiga, red.), untuk memperbaiki etika moral bangsa ini dan memperbaiki generasi muda kita, sehingga generasi muda yang kita hasilkan adalah generasi emas sebagaimana sudah dicanangkan tahun 2040 adalah tahun generasi emas. Generasi emas harus diproduk melalui model yang ketiga ini. Kombinasi model pendidikan itulah yang mulai di idamkan mulai saat ini.
Untuk peluang model ketiga itu sendiri?
Sekarang masyarakat sudah melirik ke arah ini, mereka berkeinginan untuk memiliki anak yang berwawasan agama dan juga ilmu-ilmu umum. Berbeda dengan dulu, yang agama ya agama dan yang umum ya umum saja, dan jarang yang mencoba untuk mengkombinasikan keduanya. Termasuk keluarga saya, kakak-kakak saya itu semua pondokan semua, dan baru saya yang memutus tradisi itu.
Di IKAHA (InstitutKeislamanHasyimAsy'ariTebuireng, red.) nantinya juga akan seperti ini, prodi-prodi umum akan bermuatan agama. Saya integrasikan kedua kurikulum itu. Sehingga nanti lulusan IKAHA yang kita cita-citakan itu adalah generasi insan kamil. Generasi yang mempunyai empat kompetensi; religi,sosial, kepribadian dan profesional.
Bisa dijelaskan secara singkat keempat kompetensi tersebut?
Kompetensi religi itu artinya kompetensi yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama, kompetensi sosial itu yang berkaitan dengan komunikasi dan hubungan dengan orang lain. Kompetensi kepribadian itu artinya pribadi yang keimanan dan ketakwaannya kuat, mempunyai budi pekerti yang baik. Dan kompetensi profesional artinya menguasai keilmuan sesuai dengan bidang keahliannya.
Bagaimana dengan pesantren yang masih teguh dengan tradisinya untuk mengajarkan satu bidang agama saja?
Mestinya itu sudah mulai di ubah,pesantren tidak boleh mimikirkan dirinya saja, tetapi harus juga memikirkan generasi muda. Generasi muda sekarang kan sudah hidup dijaman modern, tidak hanya akan jadi kiai saja, mereka juga ingin menjagi pegawai atau pejabat. Orientasi ke pesantren kan tidak hanya pintar ngaji saja tho, sehingga pesantren saat ini harus mendesain pendidikannya sampaipendidikan tinggi. Contohnya yaTebuireng ini misalnya. Jadi santri-santrinya nanti benar-benar bisa menjadi insan kamil, tidak hanya sarungan saja tapi juga berdasi.
Saya dulu pernah diundang di Pesantren Salaf Sidogiri Pasuruhan untuk menjelaskan ini. Saya katakan; saya dulu juga generasi sarungan seperti kalian tapi saya tidak hanya ngaji tapi juga sekolah umum. Artinya agama kita harus tahu dan pengetahuan kita juga harus tahu. Jadi orang yang hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara itu dan tahu kedua ilmu itu akan lebih bagus, daripada dia menguasai ilmu umum saja atau hanya menguasai ilmu agama saja itu wawasannya akan jauh berbeda.
Terakhir, pesan Bapak kepada para santri di pesantren?
Kami berharap santri tidak hanya belajar agama saja, pengetahuan ilmu juga penting. Tidak hanya akhirat saja, dunia juga penting. Itulah yang dimaksud dengan ayat Quran surat al-Taubah. Jangan sampai terjadi apa yang diramalkan Rasulullah SAW; besok umatku ada tiga golongan, satu berdoa untuk akhirat saja, dua berdoaa untuk akhirat saja, kegita berdoa untuk dunia dan akhirat. Dan golongan ketiga inilah yang paling selamat